Untuk beberapa teman yang anti
hegemoni industri atas dunia pendidikan, kemungkinannya akan gak suka dengan urusan
hubungan kampus-industri, hehehe. Kampus ya kampus, pusat (re)produksi ilmu
pengetahuan, sama sekali tidak di-drive oleh kebutuhan industri. Tapi agak
susah juga untuk menceraikan kampus dengan industri ya, setidaknya karena dua
hal. Pertama bahwa masalah di masyarakat adalah tanggung jawab ilmu untuk
menyelesaikannya. Sebagian dari masalah yang ada pasti berkaitan dengan industri,
baik merupakan dampak dari suatu produk industri yang muncul, maupun sebaliknya
yaitu justru masalah yang ada di masyarakat adalah peluang bagi industri untuk
menawarkan solusinya. Kedua, ini yang relate dengan pengalaman saya sendiri di
dunia ha-er-de, yaitu bahwa kebutuhan dari peserta didik untuk bisa segera dapat
kerja setelah lulus saat ini makin menguat. Apalagi dengan biaya pendidikan yang
makin mahal, jelas masyarakat akan berhitung dengan serius untung ruginya
mengambil pendidikan tinggi.
Isu yang pertama bisa dibilang memang
‘agak kompleks’. Usaha perbaikannya akan melibatkan banyak stakeholder besar semisal Dikti, para guru besar kampus, atau
bahkan pelibatan pemerintah di tataran kebijakan. Ini karena isu tersebut berhubungan
dengan arah kebijakan pendidikan. Sedangkan isu yang kedua bisa dibilang
sederhana aja. Ia sebenarnya adalah tanggung jawab tiap peserta didik. Walau
demikian, untuk memastikan angka pengangguran tidak tinggi pastinya OK kalo
kampus ikut menyediakan solusinya. Lagi pula tingkat kecepatan terserapnya
alumni sebuah kampus ke dunia kerja bisa digunakan sebagai ‘jualan’-nya si
kampus itu kok.
Waktu jadi campus recruiter dulu, tugas saya adalah membangun relasi dengan
kampus-kampus. Dengan modal relasi itu kita cari sebanyak-banyaknya lulusan
baru kampus yang qualified untuk jadi
kandidat bagi sekian pusisi yang vacant
di perusahaan saya. Yang menarik adalah, gak semua kampus punya semacam well-managed career center sebagai titik
bertemunya para freshgrad dengan
wakil perusahaan seperti saya. Malahan, bisa dibilang yang punya career center yang well-managed itu bisa dihitung dengan jari. Sebutlah UI, ITB,
Binus, IPB, UGM, dan LP3I. Yang lainnya? Nggak gitu OK. Ada yang cuma bisa
nempelin iklan di mading bagian kemahasiswaannya, dan ada juga yang bahkan gak
punya database digital para alumninya
(adanya cuma buku wisuda, yang akhirnya saya cari orang untuk entry data ke dalam bentuk digital).
Menurut saya, keberadaan career center yang OK itu adalah syarat
minimal membangun konektivitas kampus-industri. Berikut adalah fitur yang harus
ada dari sebuah career center di
kampus:
1.
Dari sisi alumni/fresh graduate
a.
Bisa lihat lowongan kerja
terbaru yang sesuai dengan jurusannya
b.
Bisa upload CV
c. Bisa lihat jadwal seleksi
perusahaan tertentu (in-campus
recruitment)
d.
Bisa lihat hasil rangkaian
seleksi
e.
Bisa cari kesempatan magang
di perusahaan yang disukai
f.
Bisa apply online
2.
Dari sisi perusahaan
a.
Bisa blasting email atau posting
lowongan kerja ke para alumni
b. Bisa sorting alumni yang
sesuai dengan kualifikasi (bisa jurusan, IPK, jenis kelamin, asal daerah, dll)
c.
Bisa lihat CV alumni yang OK
d.
Bisa kontak personal alumni yang
OK
Tentunya fitur yang saya maksud ini
basisnya online. Cost-nya mungkin akan gede untuk develop sistemnya. Tapi kalau akan menghasilkan return yang lebih tinggi (lewat semakin
banyaknya mahasiswa baru), kenapa nggak kan? Apalagi kalau kampus itu punya
jurusan informatika, bisalah mahasiswanya diminta develop sistem itu. Hitung-hitung nambah portofolio si mahasiswa
juga kan.
Itu fitur yang minimal, tentunya bisa
dikembangkan lebih jauh lagi kemitraan kampus-industrinya. Misal; seminar oleh
dunia industri tentang recent issues,
sharing soal karir dari HRD
perusahaan, dan lain sebagainya.
Saya pribadi menulis ini karena berharap konektivitas kampus-industri via career center bisa semakin baik. Senang sekali rasanya saat melihat binar mata fresh graduate yang terharu saat kita rekrut. Juga senang karena kita berhasil dapat karyawan baru yang OK. Dan itu semua awalnya dari kerja sama yang apik antara perusahaan dan career center kampus tersebut.. :)
Saya pribadi menulis ini karena berharap konektivitas kampus-industri via career center bisa semakin baik. Senang sekali rasanya saat melihat binar mata fresh graduate yang terharu saat kita rekrut. Juga senang karena kita berhasil dapat karyawan baru yang OK. Dan itu semua awalnya dari kerja sama yang apik antara perusahaan dan career center kampus tersebut.. :)
Selain career center sebagai pintu masuk mahasiswa pindah kehidupan, perlu juga pelatihan interpersonal skill utk menyiapkan mahasiswa tsb menghadapi/menjalani dunia kerja.
ReplyDeleteKarena sukse nggak cuman perlu hard skill, soft skill juga penting.
Salam
Fitri Wiyanto
nb: terpaksa ngasih komen karena di tag di fb :-)
Keren nih inputnya dari Om Fit. Betul, soft skill juga penting. Kalo Career Center di UI regularly juga menyelenggarakan pelatihan soft skill. Patut dicontoh.
Deletenb: itulah gunanya tag di FB, buat maksa :))