Monday, February 20, 2012

BOS #1

Dia tu pegang 4 stempel toko mungkin...

 Kurang lebih begitu info yang keluar saat kami sedang ngobrol-ngobrol di meja makan. Sebut saja namanya Pak A, mantan bendahara Pak J di sekolah tempat bertugas mereka berdua sebelumnya. Saat terakhir bertemu, mereka sudah bertugas menjadi kepala sekolah di masing-masing sekolah tempat penugasan yang baru. 

Sebelumnya, mereka ditempatkan di satu sekolah yang sama. Pak J sebagai kepala sekolah dan Pak A sebagai bendahara. Kisah tentang 4 stempel toko itu berlatar konteks saat mereka masih bertugas di sekolah yang sama. Pak A, di kesempatan makan bersama itu, menceritakan soal cara korupsi mantan atasannya tersebut. Sambil mengakui korupsi atasannya, Pak A sambil berseloroh juga mengatakan,

kalau saya paling ya dari uang perjalanan dinas, lebih-lebihin untuk makan. ya itu wajar kan ya... 

Tuesday, January 31, 2012

SMS dari Pulau Rupat

Dalam ketawa dengan anak-anak, kok ada yang nanya, "Pak Rangga kapan pulang ke sini, Pak?"
-SMS dari seorang teman guru di Rupat, Bengkalis.

Melalui ini hanya ingin mengatakan, anak-anak memang begitu tulus adanya. Entah saya yang terlalu GR atau bagaimana, tapi pertanyaan itu untuk saya sendiri adalah hadiah. Ia menjadi hiburan bagi saya ketika mendapatkan SMS itu. Sampai sekarang saya belum sempat membalas SMS teman guru ini. Sengaja, saya ingin menyiapkan waktu untuk sekedar langsung menelpon anak-anak ini melalui teman guru saya itu. Mudah-mudahan, juga menjadi hadiah bagi mereka :)

Seingat saya, saat menjadi guru dulu, sosok guru yang anti-marah tidak selalu dilakoni. Faktor kenakalan murid, variasi interaksi, juga faktor internal saya pribadi, tentu juga menghadirkan sosok guru yang tidak selamanya baik-bermanis muka. Maka, saya sebut pertanyaan itu lahir dari ketulusan karena hal tersebut; mereka tak melulu mengingat saat-saat dimarahi gurunya, justru -mungkin- mereka lebih banyak merasa-rasai suasana keakraban yang pernah terbangun. Saat main bola bersama di Sabtu pagi, saat jalan-jalan ke sekitar sekolah yang mereka sebut 'Marathon', saat-saat mendebarkan pembagian hadiah lomba mewarnai di sekolah, atau saat adu perkalian di penghujung waktu belajar sebelum pulang, semuanya memang penuh tawa. Akrab, dekat, bersahabat.

Saya bersyukur dengan semakin lebarnya tawa mereka sejak kami makin lama dekat. Saya bersyukur mereka dapat mengalahkan kakak kelas mereka di SD induk untuk soal perkalian. Saya bersyukur mereka tak rendah diri karena bangunan sekolah mereka yang tidak lebih bagus dengan sekolah induk. Ah, saya bersyukur pernah ada di antara mereka dan tetap mereka kenang...

Semoga rasa syukur ini mewujud perilaku yang lebih konkrit untuk mereka...

Nb: untuk bang Jumari yang sudah dan masih menjadi penghubung saya dengan anak-anak Cingam: terima kasih bro! :) calon kepala sekolah mesti gigih ngajar anak Cingam, hehe.. kalau kemarin ke Bandung untuk wisuda, semoga besok ke Jakarta untuk antar anak wisuda ya bro, hehehe :)