Mentorship.
Kenal istilah ini waktu jaman SMA dulu, dipake sm tmn2 Rohis utk kegiatan pengajian
mingguan per kelompok. Kalau di kuliah, direduksi jd Asistensi Agama Islam. Saya
sebut direduksi krn mentorship lbh dalam dr 'sekadar' asistensi. Tujuan dr
asistensi adalah pendalaman materi yg sdh diajarkan di kelas oleh
dosen/pengajar utama, sementara mentorship di dalamnya ada mulai dr sekedar
sharing knowledge, sesi coaching, smp pengerahan sumber daya. Mentorship
menghadirkan rasa tanggung jawab thdp sukses gagalnya mentee (org yg
dimentoring). Intinya, mentorship mensyaratkan intensitas interaksi dan
progress.
Nah, ternyata
mentorship ternyata juga jamak di kalangan businessman. Konon kabarnya begitu.
Di Silicon Valley US sana misalnya, usut punya usut beragam perusahaan
e-Business di sana rupanya lahir dr rahim nenek moyang bernama Paypal. Dari
Paypal kemudian lahir beragam bisnis elektronik lain; Youtube, Kiva, slide,
LinkedIn, dll. Coba aja gugling "paypal mafia", "paypal Business
Tree" atau sejenisnya.
Perusahaan
saya sekarang, Ruma, adalah salah satu cicitnya, mengambil garis dari jalur
Kiva. CEO sy sekarang adalah early employee di Kiva. Sampai saat ini, saya
masih sering mendengar cerita ttg diskusi dia dg orang-orang LinkedIn atau
anak-cucu dr trah Paypal lainnya. Melihat manfaat dr mentorship, penting
karenanya menjaga hubungan baik dg atasan. Cb posisikan dia sbg mentor. Kalo
perlu, nyatakan statement itu di depan dia kalo kita memposisikan dia sbg
mentor kita. Ini penting utk menyamakan ekspektasi kita dan mentor kita. Ini
kalau di dunia kerja.
Di dunia
bisnis krg lebih sama aja. Seperti contoh Paypal di atas, kita perlu membangun
sistem dmn kita bs belajar dg serius dan terarah dr mentor kita. Minimal, perlu
bangun kesadaran ttg relasi mentor-mentee itu. Harusnya kita gak gagap dg model
belajar ini. Apalagi banyak di antara kita yg biasa ikut mentoring dr jaman
sekolah/kuliah dl kan? Hehehe..
No comments:
Post a Comment